Rabu, 25 Februari 2015

“Piring Gantung Sejarah dan Fungsinya”





Piring Gantung  adalah piring keramik China yang bergambarkan ukiran-ukiran hurus china, lukisan, gambaran hewan (Naga), dan berbagai ormanen lainya. Bagi masyarakat Papua khususnya suku Biak dan Serui  piring gantung merupakan  sebuah benda yang sangat berharga dan banyak fungsinya.
               Dalam sejarah panjang  piring gantung  bukanlah berasal dari Papua, benda  berharga ini sejak berapa abad silam dibawah langsung dari china oleh para pedagang-pedagang china. Maluku khususnya Kepulauan Banda sebagai penghasil rempah-rempah, memiliki andil yang cukup besar atas penyebaran piring antik di tanah Papua. Ada sebagian pedagang China yang penasaran dengan keindahan Papua mengambil keputusan untuk melihat lebih dekat Mutiara dari timur ini. menurut beberapa cerita rakyat Papua , para saudagar ini sangat takjub ketika  telah menginjakkan kaki pertama kali di tanah Papua, sepanjang mata memandang hanyalah ketakjuban yang dirasakan. Keinginan menetappun adalah keputusan mereka, namun ada persyaratan yang harus dilewati yaitu harus menikahi anak perempuan kepala suku/tuan tanah terlebih dahulu, setelah itu mereka akan dipersilahkan untuk menetap dengan mengeklaimkan tanah pemberian dari ayah dari perempuan yang dinikahinya. Selain itu ada juga imbalan/penukaran/pemberian dari para pedagang kepada penduduk setempat yaitu piring antik, yang boleh dikenal oleh generasi muda Papua dengan piring gantung, sampai sekarang benda pusaka ini telah dijaga turun-temurun oleh generasi suku Baik dan Serui.
               Banyak orang Papua ataupun para pendatang yang menetap di Papua mengetahui bahwa piring gantung memiliki fungsi sebagai mahar, namun tidak banyak yang mengetahui fungsi lain dari piring antik tersebut. semakin bertambahnya jaman fungsi awal dari piring gantung sebagai maharpun berkembang menjadi multifungsi. Fungsinya tersebut selain sebagai pembayaran mas kawin kepada pihak wanita, piring gantungpun dibeberapa klan memiliki kepentingan untuk keperluan adat, seperti; penyambutan tamu kehormatan acara basu kaki, dan pemotongan rambut bayi yang baru saja lahir.
               Di zaman sekarang sudah banyak generasi-generasi dari kedua suku besar  Papua ini, yang melupakan sepak terjang sejarah asal-muasal dari piring gantung, dan fungsinya selain sebagai mahar. Sayang sekali padahal ketika memfungsikan kembali piring gantung, tentu akan membawa keuntungan yang besar bagi  diri-sendiri. Sebagai identitas budaya yang mengakar beberapa abad silam, benda berharga ini juga mempunyai nilai edukasi, ekonomi dan pariwisata bagi generasi muda Papua Cara yang terbaik adalah melestarikan dengan kemampuan ada pada kita, misalnya menceritakan kembali melalui sebuah artikel/buku, memperlihatkan proses  penyambutan pada turis, dan memaksimalkan dalam proses perkawinan.  Ketika sebuah budaya mulai menghilang, maka tak ada lagi indentitas suatu bangsa.

 “kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi” . @SaraSaba

sumber :
foto tabloidjubi.com, dan nyongshohilait.blogspot.com

Selasa, 24 Februari 2015

Peneluran Penyu di Teluk Wondama


Kawasan Taman Nasiona Teluk Cenderwasih merupakan kawasan yang memiliki sumberdaya alam hayati yang tinggi sehingga tidaklah mengherankan bila di kawasan ini menjadi tempat bertelurnya 4(empat) jenis penyu dari 6(enam)  jenis penyu yang ada di Indonesia. Ke empat jenis tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Penyu Hijau (Chelonia mydas)
2.       Penyu Sisik(Eretmochelys imbricate)
3.       Penyu Belimbing(Dermochelys coriacea)
4.       Penyu Lekang(Lepidochelys olivacea)

Pembuatan sarang penyu
Kehadiran penyu di suatu tempat semata-mata tidak hanya karena faktor topografi pantai, kekuatan gemlombang, rintangan yang mempengaruhi kehadiran penyu di pantai. Seperti di pantai Yende, penyu –penyu tersebut mendarat  dan bertelur karena kondisi pantainya yang masih alami dan tidak ada gangguan.

Kegiatan Pengumpulan Telur Penyu
Masyarakat Yende yang bergabung dalam kelompok kader konsevasi Yende telah tergerak untuk mengumpulkan telur-telur penyu ini tak jarang menjadi buruan tangan-tangan jahil yang ingin mengeruk keuntungan ekonomi sesaat.  Mereka awalnya memulai aktivitas penyelamatan penyu ini dengan kondisi sarana dan prasarana seadanya serta berbekal pengetahuan dasar dari alam dan bimbingan pegawai Seksi PTN Wilayah V Roon.

Pada tahun 2013, di Yende dibangunlah demplot penetasan penyu di Mapimono sehingga membantu memudahkan kerja kader konservasi dalam mengumpulkan penyu untuk ditangkarkan. Pada malam hari mereka mendatangi sarang penyu di pantai Yende, lalu mereka  mengumpulkannya dan membawanya ke demplot untuk ditetaskan.

Berkat potensi sumberdaya alam hayati dan usaha konservasi masyarkatnya yang gigih dalam menjaga kelestarian alam, Yende saat ini telah dikenal luas oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Yende telah menjadi tujuan primadona wisata peneluran penyu di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Bagi anda yang beruntung, anda juga dapat terlibat dalam pelestariaan penyu-penyu tersebut ke laut Yende.

Selain peneluran penyu,  daerah ini terkenal akan handycraft alaminya yang selalu digemari oleh para wisatawan. Daerah ini selalu menjadi satu kesatuan paket wisatawan favorit bersamaan dengan Hiu Paus di Kwatisore dan diving.
So.. dimana lagi anda akan mengenal penyu sambil bercengkrama dengan alam kalau bukan di Teluk Cenderawasih. Come join us..... @sarasaba

Sumber: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Jl.DRS.Essau Sesa-Sowi Gunung-Manokuari-Papua Barat-Indonesia
Email:telukcenderawasih@gmail.com

Website:telukcenderawasih-nationalpark.org