perayaan mtq di Raja Ampat
Perbedaan
itu ada untuk menyatuhkan dua hal yang berbeda. Sebuah kalimat pengantar yang
pas untuk pembukaan artikel ini. Dasar dari awal manusia lahir adalah ia akan
menerima perbedaan itu, perbedaan yang ia rasakan didalam keluarga, jika mulai
menganjak kanak-kanak mulai dilingkungan sekitar dan Taman bermain, masa
sekolah dasar dan terus sebagainya.
Banyak hal yang bisa kita dapatkan
dari dasar perbedaan itu, mulai perbedaan karakter atau sikap, status sosial,
pendidikan, budaya, ras, maupun agama.
Tentu dasar perbedaan ini akan terus mengikuti kita dimasa kelahiran
kita sampai masa kita meninggal nanti.
Dalam
pernyataan sehari-hari perbedaan menjadi
hal yang sangat sedap untuk diperbincangkan, apa lagi jika dikemaskan dalam
paketan kata maupun berita yang menarik, penuh dengan bumbu-bumbu sedap.
Tentunya mantap dan menarik perhatian siapa saja Untuk terus membahasnya.
Ada
perbedaan yang akhir- akhir ini sangat kita rasakan dan menjadi isu negatif
yang mencorengkan nama baik satu kepercayaan. Ya, kita tentu tahu tentang
berita- berita tersebut saat ini. Terasa menyatakan bahwa perbedaan itu benar-
benar ada dan terpisahkan oleh sikap yang tak bertanggungjawab. Isu-isu memang
sendiri saya dengarkan dan saya baca disetiap media cetak elektronik maupun
media cetak. Dimana kerukunan beragama sudah mulai pudar dikota yang terkenal
akan toleransinya yaitu, Yogyakarta.
sikap
propaganda seperti ini sangat meresahkan masyarakat pada umumnya, dan tentunya
menimbulkan luka baru pada sultan Hamengkubuwono ke-10. Mengingat bahwa jogja
adalah ibu pelajar yang penuh dengan toleransi dari zaman dulu kala yaitu, pada
zaman hindu-budha, pada masa kekuasaan kerajaan mataram kuno.
Ya
tidak semua daerah seperti itu, pasti masih ada daerah yang terus menjaga
perbedaan itu dari zaman dahulu kala sampai sekarang. Seperti contoh
konkritnya, adalah Raja Ampat. ya tidak semua kita tahu bahwa sejarah di
kabupaten Raja Ampat memiliki toleransi kerukunan beragama yang tinggi.
Kabupaten Raja Ampat memiliki sikap toleransi yang tinggi dari zaman dahulu
kala, yang ditandai dengan penyebaran agama islam di kabupaten Raja Ampat oleh
para keturunan raja dari kesultanan Ternate dan Tidore.
Peninggalan
sejarah kuburan dan maupun benda sejarah lain menjadi bukti bahwa di Raja Ampat,
kerukunan beragama masih terus terjaga hingga sekarang. Bukti kesalutan saya
pada Raja Ampat membuat saya terus terkesan.
Bukan hanya perbedaan pada agama saja, ada juga perbedaan pada setiap
berbagai suku yang menetap disana diantanya,
suku biak yang berasal dari biak dan bermigrasi ke Raja Ampat, suku
Beser, Kafdarun, Wardo, Usba, Mamoribo, Ternate, Tidore, Halmahera, Seram,
sebagai penduduk pendatang, maupun penduduk asli suku Maya dan Syam. Hal itu
terjadi dari zaman dahulu kala hingga terjadi perkawinan campur diantara suku
pendatang dan suku asli kepulauan Raja Ampat.
Raja
Ampat yang kita kenal sebagai kabupaten yang memiliki kekayaan keanekaragaman
hayati, ternyata juga memiliki kekayaan berbagai suku dari . Dasar- dasar
perbedaan itu tumbuh di menjadi satu kekayaan tersendiri bagi Raja Ampat dan
menambah daya tarik untuk kemajuan Raja Ampat itu sendiri.
Solidaritas
yang ditanamkan sejak kecil kepada anak- anak mereka menjadi benih yang boleh
kita rasakan di Raja Ampat saat ini. Jika kita sebagai wisatawan yang baru
pertama kali menginjakkan kaki diRaja Ampat, kita akan menemukan sebuah mesjid
agung yang berdiri menjulang lebih tinggi diantara bangunan lainnya. Ia menjadi
bukti kesolidaritas di Raja Ampat. hidup rukun antara mesjid dan gereja yang berdampingan,
saling membantu dalam setiap acara besar yang ada di Raja Ampat. memberikan
nilai untuk mempertahankan perbedaan itu. Perbedaan di Raja Ampat bukan hanya
pada agama maupun manusianya, namun pada politik pun. Disitu pula bapak bupati
yang beragama kristen berbagi dengan wakil bupati yang beragama islam. Sungguh
indah bukan jika perbedaan itu terus kita jaga sampaikan kapanpun, seperti
nenek moyang kita zaman dahulu kala. #mey saba