Pulau
papua selain sebagai pulau yang terkenal dengan kekayaan sumber alamnya dan
keindahan alamnya, papua juga kaya akan budaya yang berbeda dari kelompok
lainnya. Salah satu kekayaan papua yang belum banyak oleh semua orang adalah
kekhasan kulinernya yaitu, ulat sagu.
Kuliner
yang satu ini, selain tidak lazim
dikonsumsi, bisa dibilang cukup “ekstrim” bagi teman teman yang ingin
mencobanya untuk sekedar mengetahui rasa dan kandungan gizi apa yang terdapat
didalamnya. Mungkin sebagian dari jika mendengarkan kata ulat sudah pasti
jijik, begitu juga saya sangat jijik dengan ulat. Apalagi, kalau ulat itu
dijadikan makanan tentu butuh perhatian besar dari kita untuk berpikir dua kali
lipat. Tapi itu tak berlaku untuk daerah papua, ulat sagu merupakan salah satu
makanan favorit disana.
Tenang
tidak semua ulat dimakan, berbeda dengan ulat sagu ini. Perlu kita ketahui
bahwa didalam ulat sagu begitu banyak terdapat kandungan gizi yang sangat baik
bagi tubuh kita.
Sesuai
dengan namanya ulat sagu pasti berasal dari pohon sagu. Namun jangan salah,
ulat ini tidak akan kita jumpai pada pohon sagu yang masih berdiri tegak (belum
ditebang), melainkan pada (batang) pohon sagu yang sudah ditebang. Biasanya
pada pohon sagu yang telah ditebang lalu telah diambil sagunya, batang pohon
sagu tersebut akan dibiarkan begitu saja hingga beberapa hari. Nah, nanti
setelah beberapa hari batang pohon sagu tadi akan membusuk dengan sendirinya,
disitulah akan mulai bermunculan ulat ulat yang dinamakan ulat sagu.
Proses
Pengambilan Sagu yang batangnya akan terdapat ulat sagu. Mengambil ulat sagu
dari batang pohon sagu biasanya dengan menggunakan alat tradisional seperti
kapak untuk membelah belah batang pohon tadi. Hal ini dikarenakan ulat sagu biasanyanya
akan berada pada bagian dalam atau dicelah-celah batang pohon yang sudah
membusuk. Setelah terlihat, ulat ulat sagu dapat kita ambil dan kumpulkan
didalam sebuah tempat agar mudah membersihkannya. Bentuk ulat sagu ini juga
bervariasi, ada yang sangat kecil hingga yang paling besar seukuran jempol jari
tangan orang dewasa. Yang membuat semakin unik dan lucu dari ulat sagu ini
adalah ketika ulat sagu yang masih hidup berjalan diatas tanah, ia seperti
sedang menggoyang perutnya naik turun naik turun secara terus menerus.
Dalam
penyajiann ulat sagu, di masyarakat papua ada yang memakannya secara
langsung(mantap). Jangan kaget ini sudah menjadi hal yang lumrah dari zaman
dulu kala nenek moyang saya. Kemudian juga, bisa disajikan dengan terlebih
dahulu direbus kemudian disajikan sambal. Ada yang digoreng, atau dicampurkan
dengan masakan tumisan sayur. Untuk beberapa orang ulat sagu dijadikan sate.
Hum... mantap bukan ?
Untuk
rasa ulat sagu dijadikan sate. Rasa
gurih akan terasa saat kita menyantapnya, bentuknya yang legit membuat ulat
sagu ini sedikit terasa lunak dibagian dalam. Rasa manis plus sedikit asin juga
bisa kita rasakan dari ulat yang berasal dari pohon sagu ini. Pokoknya jika
sudah dicampurkan dengan bumbu penyedap lainnya ulat sagu ini akan makin terasa
komplit untuk dijadikan menu makan siang atau malam.
Manfaat dalam kandungan gizi dari ulat sagu itu sendiri, ditiap 100gr ulat sagu
mentah yang akan dimasak mengandung
protein sekitar 9,34%, juga terdapat beberapa kandungan asam amino
esensial, seperti asam aspartat (1,84%), asam glutamat (2,72%), tirosin
(1,87%), lisin (1,97%), dan methionin (1,07%). Ulat sagu juga ini bisa kita
jadikan alternative lauk makanan yang bebas dari kolestrol, sangat baik untuk
tubuh kita.
Selain
itu, konon ulat sagu ini dipercaya dapat menjaga stamina kita dalam melakukan
rutinitas kita sehari-hari. Jadi bagi yang suka kuliner dan mau berkunjung ke
Papua, boleh dicoba makanan yang satu ini. *mey saba*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar