Inilah
hari pertama ku untuk mengikuti pelatihan fotografi dan junarlistik yang
diadakan oleh public relations
kabupaten Raja Ampat, tentu saja membuatku senang bukan kepalang untuk
pelatihan yang benar- benar bersangkutan dengan jurusan yang aku tekuni ini.
Secara ikut gratis, dapat sertifikat,
makan gratis, sudah begitu dapat duit juga, siapa sih yang tidak mau?.
Pada
hari pertama pelatihan kami mendapatkan materi tentang dasar-dasar jurnalistik
dan fotografi, aku melihat begitu banyak peserta yang antusias untuk mengikuti
pelatihan ini. Cukup langkah bukan, beberapa orang yang aku tanyakan ini
keberapa kalinya kakak mengikuti pelatihan semacam ini, mereka pun menjawab dalam bahasa papua “ adek insos, ini pertama kali kaka ikut
pelatihan kaya gini “. Artinya dek ini baru pertama kaki aku ikut pelatihan
seperti ini. (Sedangkan insos dalam
bahasa suku biak papua artinya adek perempuan) tak masalah mereka memanggilku
dengan sebutan insos, memang aku
sebenar berasal dari suku biak. Aku tertegun kepada setiap jawaban mereka yang
hampir sama, ternyata mereka sangat haus untuk terus belajar tentang fotografi
dan junarlistik.
Pada
hari kedua kami di bagi dalam dua bagian yaitu; kelompok junarlistik dan
fotografi. Aku memilih kelompok junarlistik dimana aku merasa bahwa soal tulis-
menulis aku sangat kurang. Jangan membayangkan karena aku suka menulis jadi
artikel selalu bagus, Sedang aku di kelasku termasuk yang memiliki nilai
junarlistik yang jelek. Di hari kedua inilah kami masing- masing di beri
kesempatan menentukan tema untuk
menulis, setelah diberi pengarahan oleh narasumber kami.
Terbersit
dalam ingatanku tentang cemilan khas daerahku yaitu “ pinang”. Aku sangat kagum
dengan salah cemilan khas daerah ku ini, kami tentu saja langsung memikirkan
tema kami masing-masing, dan aku memilih tema pinang ini. Kami pun tersebar
dalam meluncur ke arah pasar, kebetulan tempat aku melakukan pelatihan tak
begitu jauh dari pasar, jadi tentu saja
kami mudah untuk datang kepasar. Di sana aku bersama kakak satu tempat dinas ku
magang, kami memulai aksi kami. Kami memulai melakukan wawancara,
pemotretan. Aku terkadang merasa lucu
dengan tingkah –laku para pedagang disana, ada yang ingin di foto, ada yang kami dekati malah
melarikan diri. Memang sangat lucu,
namun hal kecil seperti ini yang membuat aku semakin bangga tentang keunikan
daerah asalku. Jujur selama aku hidup diriku tak sebegitu dekat dengan para
pedagang pinang didaerahku sendiri, sangat miris bukan.
Aku
kalau bisa dikatakan bukanlah seseorang yang menyukai pinang, namun aku cinta
pada pinang, terkadang aku geli dan jijik jika melihat mereka meludah sembarangan. Dalam
proses melakukan wawancara tentang pinang, ada banyak keluhan dari para
pedagang pinang tersebut, mereka merasa bahwa pemerintah belum memberikan
tempat kusus pada mereka. Padahal kalau dilihat pinang merupakan pinang
andalan, kenapa? Karena segala lampisan masyarakat memakan pinang, mulai dari
orang kaya sampai miskin, besar sampai kecil, oleh karena itu jangan heran
kalau datang kepapua dan kita melihat suasana orang kiri- kanan memakan pinang.
Aku semakin kagum lagi bahwa penduduk pendatang di papua juga memakan pinang, sedap memang rasanya kata mereka sih. Adapun mereka memperoleh pinang dari sekitar
pulau di Raja Ampat maupun langsung dikirim dari Wasior, Kabupten Teluk Wodama
kampung halamanku sendiri, karena begitu banyak pedagang pinang membuat mereka
harus pintar- pintar untuk mendapatkan pembeli, persaingan yang semakin ketat
di antara mereka.
Kiri
–kanan sepanjang jalan di pasar aku melihat begitu banyak orang mengunyah dan
melakukan transaksi pembelian pinang dengan para pedagang pinang. Yang seperti
kita tahu pinang memiliki banyak khasiat, diantaranya yaitu; meningkatkan
gairah, mengobati luka bakar, menguatkan gigi dan gusi, sebagai obat cacing,
untuk sakit pinggang, kudis, dan masih banyak lagi khasiat pinang lainya.
Memakan buah pinang merupakan suatu kebiasaan orang papua dari zaman dulu kala,
dan pinang sangat memiliki fungsi dalam adat kami orang papua, selain sebagai
fungsinya sebagai obat-obatan seperti yang telah aku sampaikan diatas, pinang
juga memiliki arti fungsi bagi kami masyarakat papua sebagai, pengantar
pernikahan, acara adat penyambutan tamu maupun yang lain-lainnya.
Bagaimana
sih cara memakan pinang? Kalau kita ingin tahu, Pertama kita
kunyah dahulu buah pinang. Sambil mengunyah, kita masukkan sedikit demi sedikit
batang sirih yang sudah kita cocolkan dengan bubuk kapur. Tapi, susah sekali
untuk mengunyah buah pinang, karena buah ini cukup keras, sehingga cukup untuk
membuat rahang capek mengunyah. Selama
mengunyah, di dalam mulut akan banyak terdapat air ludah, sehingga harus sering
dikeluarkan ludahnya. Setelah cukup lama bekerja keras mengunyah pinang, air
ludah berwarna merah jingga. Ini
tandanya, kita berhasil mengunyah pinang
Setelah
kami melakukan proses wawancara, aku dan para peserta lainpun balik untuk
menyusun hasil pengamatan kami dilapangan, tentang apa saja yang kami teliti.
Kalau mungkin tak ada pelatihan seperti ini tentunya aku tidak akan semakin
tahu tentang daerah ku sendiri, dan mungkin aku semakin menjauh dari budayaku
sendiri. Hanya kata bangga dan tidak bangga bisa aku ucapkan dalam hati
ini. Begitu kayanya negeriku tapi kami
sendiri tidak bisa untuk menikmatinya, dan tidak bisa untuk mendapatkan tempat
kusus. So, kalau bukan aku dan generasi sepantaranku yang mengerti tentang
keindahan daerahku siapa lagi. @-@* MEY SABA*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar