Senin, 16 Juni 2014

“Berkat Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi, Aku Mengerti Pinang”

Inilah hari pertama ku untuk mengikuti pelatihan fotografi dan junarlistik yang diadakan oleh public relations kabupaten Raja Ampat, tentu saja membuatku senang bukan kepalang untuk pelatihan yang benar- benar bersangkutan dengan jurusan yang aku tekuni ini. Secara ikut gratis,  dapat sertifikat, makan gratis, sudah begitu dapat duit juga, siapa sih yang tidak mau?.
Pada hari pertama pelatihan kami mendapatkan materi tentang dasar-dasar jurnalistik dan fotografi, aku melihat begitu banyak peserta yang antusias untuk mengikuti pelatihan ini. Cukup langkah bukan, beberapa orang yang aku tanyakan ini keberapa kalinya kakak mengikuti pelatihan semacam ini,  mereka pun menjawab dalam bahasa papua “ adek insos, ini pertama kali kaka ikut pelatihan kaya gini “. Artinya dek ini baru pertama kaki aku ikut pelatihan seperti ini. (Sedangkan insos dalam bahasa suku biak papua artinya adek perempuan) tak masalah mereka memanggilku dengan sebutan insos, memang aku sebenar berasal dari suku biak. Aku tertegun kepada setiap jawaban mereka yang hampir sama, ternyata mereka sangat haus untuk terus belajar tentang fotografi dan junarlistik.  
Pada hari kedua kami di bagi dalam dua bagian yaitu; kelompok junarlistik dan fotografi. Aku memilih kelompok junarlistik dimana aku merasa bahwa soal tulis- menulis aku sangat kurang. Jangan membayangkan karena aku suka menulis jadi artikel selalu bagus, Sedang aku di kelasku termasuk yang memiliki nilai junarlistik yang jelek. Di hari kedua inilah kami masing- masing di beri kesempatan  menentukan tema untuk menulis, setelah diberi pengarahan oleh narasumber kami.
Terbersit dalam ingatanku tentang cemilan khas daerahku yaitu “ pinang”. Aku sangat kagum dengan salah cemilan khas daerah ku ini, kami tentu saja langsung memikirkan tema kami masing-masing, dan aku memilih tema pinang ini. Kami pun tersebar dalam meluncur ke arah pasar, kebetulan tempat aku melakukan pelatihan tak begitu jauh dari pasar,  jadi tentu saja kami mudah untuk datang kepasar. Di sana aku bersama kakak satu tempat dinas ku magang, kami memulai aksi kami. Kami memulai melakukan wawancara, pemotretan.  Aku terkadang merasa lucu dengan tingkah –laku para pedagang disana, ada yang ingin         di foto, ada yang kami dekati malah melarikan diri.  Memang sangat lucu, namun hal kecil seperti ini yang membuat aku semakin bangga tentang keunikan daerah asalku. Jujur selama aku hidup diriku tak sebegitu dekat dengan para pedagang pinang didaerahku sendiri, sangat miris bukan.
Aku kalau bisa dikatakan bukanlah seseorang yang menyukai pinang, namun aku cinta pada pinang, terkadang aku geli dan jijik jika  melihat mereka meludah sembarangan. Dalam proses melakukan wawancara tentang pinang, ada banyak keluhan dari para pedagang pinang tersebut, mereka merasa bahwa pemerintah belum memberikan tempat kusus pada mereka. Padahal kalau dilihat pinang merupakan pinang andalan, kenapa? Karena segala lampisan masyarakat memakan pinang, mulai dari orang kaya sampai miskin, besar sampai kecil, oleh karena itu jangan heran kalau datang kepapua dan kita melihat suasana orang kiri- kanan memakan pinang. Aku semakin kagum lagi bahwa penduduk pendatang di papua juga memakan pinang,  sedap memang rasanya kata mereka sih.  Adapun mereka memperoleh pinang dari sekitar pulau di Raja Ampat maupun langsung dikirim dari Wasior, Kabupten Teluk Wodama kampung halamanku sendiri, karena begitu banyak pedagang pinang membuat mereka harus pintar- pintar untuk mendapatkan pembeli, persaingan yang semakin ketat di antara mereka.
Kiri –kanan sepanjang jalan di pasar aku melihat begitu banyak orang mengunyah dan melakukan transaksi pembelian pinang dengan para pedagang pinang. Yang seperti kita tahu pinang memiliki banyak khasiat, diantaranya yaitu; meningkatkan gairah, mengobati luka bakar, menguatkan gigi dan gusi, sebagai obat cacing, untuk sakit pinggang, kudis, dan masih banyak lagi khasiat pinang lainya. Memakan buah pinang merupakan suatu kebiasaan orang papua dari zaman dulu kala, dan pinang sangat memiliki fungsi dalam adat kami orang papua, selain sebagai fungsinya sebagai obat-obatan seperti yang telah aku sampaikan diatas, pinang juga memiliki arti fungsi bagi kami masyarakat papua sebagai, pengantar pernikahan, acara adat penyambutan tamu maupun yang lain-lainnya.
Bagaimana sih cara memakan pinang? Kalau kita ingin tahu, Pertama kita kunyah dahulu buah pinang. Sambil mengunyah, kita masukkan sedikit demi sedikit batang sirih yang sudah kita cocolkan dengan bubuk kapur. Tapi, susah sekali untuk mengunyah buah pinang, karena buah ini cukup keras, sehingga cukup untuk membuat rahang  capek mengunyah. Selama mengunyah, di dalam mulut akan banyak terdapat air ludah, sehingga harus sering dikeluarkan ludahnya. Setelah cukup lama bekerja keras mengunyah pinang, air ludah  berwarna merah jingga. Ini tandanya, kita berhasil mengunyah pinang
Setelah kami melakukan proses wawancara, aku dan para peserta lainpun balik untuk menyusun hasil pengamatan kami dilapangan, tentang apa saja yang kami teliti. Kalau mungkin tak ada pelatihan seperti ini tentunya aku tidak akan semakin tahu tentang daerah ku sendiri, dan mungkin aku semakin menjauh dari budayaku sendiri. Hanya kata bangga dan tidak bangga bisa aku ucapkan dalam hati ini.  Begitu kayanya negeriku tapi kami sendiri tidak bisa untuk menikmatinya, dan tidak bisa untuk mendapatkan tempat kusus. So, kalau bukan aku dan generasi sepantaranku yang mengerti tentang keindahan daerahku siapa lagi. @-@* MEY SABA*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar